Merubah suatu kebiasaan memang sulit, apalagi kalau kebiasaan itu memang sejalan dengan keinginan dan kesenangan nafsu. Seperti sholat tidak dengan berjamaah, tidak biasa puasa sunnah, tidak biasa melakukan hal positif dan baik, dll, tentu akan sulit dan merasa sangat berat bila harus melakukan hal-hal tersebut. Nafsu akan memberontak dan setan akan terus berupaya menghalangi-halangi, dengan berbagai macam.
Dalam Islam ada bulan-bulan yang dimulyakan oleh Allah. Tentu, bulan-bulan itu, masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri. Dalam bulan-bulan tersebut kita diajurkan untuk memperbanyak membaca istighfar, membaca al-Qur’an, membaca shalawat, berpuasa sunnah, dan memperbanyak amalan baik, sebagaimana dicontohkan oleh para salafuna as-shalih.
Merubah suatu kebiasaan memang sulit, apalagi kalau kebiasaan itu memang sejalan dengan keinginan dan kesenangan nafsu. Seperti sholat tidak dengan berjamaah, tidak biasa puasa sunnah, tidak biasa melakukan hal positif dan baik, dll, tentu akan sulit dan merasa sangat berat bila harus melakukan hal-hal tersebut. Nafsu akan memberontak dan setan akan terus berupaya menghalangi-halangi, dengan berbagai macam.
Proses pembiasaan seperti ini sangat penting, karena dengan terbiasa amalan baik, orang tidak akan merasa berat, malas dan capek dalam melakukan ibadah dll. Seperti disebutkan dalam pepatah Jarab (Jawa Arab), “kullu syai’in minal biasa”, (segala sesuatu itu tergantung dari kebiasaannya)
Berkaitan dengan hal ini, Allah telah membuat schedule ibadah yang sangat apik dan rapi agar manusia terbiasa melakukan kesunnahan sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masng. Dalam puasa misalnya, ada puasa tahunan, seperti Rajab, Asyura’, Arafah, Tarwiyah, Muharram, dll; ada puasa bulanan seperti ayyamul bidl (hari-hari terang), yaitu pada tanggal 13 hingga 15 pada tiap bulan hijriyah; dan mingguan dengan puasa senin dan kamus. Ada pula puasa rutinan seperti puasanya Nabi Dawud, yakni puasa setahun penuh, dengan sehari puasa, dan sehari tidak, secara bergantian. Yang jelas, masing-masing mempunyai keutamaan. Begitu juga dengan Shalat, ada yang tahunan, mingguan, dan harian.
Semua itu tidak lain agar kita terbiasa, mampu dan mau melakukan amalan-amalan sunnah sesuai dengan porsi dan kekuatan masing-masing. Sebab dengan membiasakan diri dengan melakukan amalan-amalan sunnah, maka akhirnya kita akan merasa bahwa itu bukan semata-mata perintah, tapi sudah merupakan kebutuhan sehari-hari, juga sebagai upaya kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar